Aku melihat apa yang diperkatakan Rasulullah seolah-olah merujuk kepada zaman ini. Rasulullah bersabda,
"Setelah aku wafat, setelah lama aku tinggalkan, umat Islam akan lemah. Di atas kelemahan itu orang kafir akan menindas mereka bagai orang yang menghadapi piring dan mengajak orang lain makan bersama."

Para sahabat bertanya,
"Apakah pada ketika itu umat Islam telah lemah dan musuh sangat kuat?"

Baginda menjawab,
"Bahkan masa itu mereka lebih ramai tetapi tidak berguna, tidak bererti dan tidak menakutkan musuh. Mereka adalah ibarat buih di lautan."

Aku pernah terbaca tentang malam-malam di bulan Ramadhan, juga pernah mendengar ceramah mengenainya. Sepuluh malam pertama Ramadhan adalah malam kerahmatan, sepuluh malam kedua Ramadhan adalah malam keampunan, dan sepuluh malam pertama Ramadhan adalah malam pelepasan dari api neraka bagi yang memohon. Inilah tiga nikmat yang Allah sediakan bagi hamba-hambanya yang memanfaatkan malam-malam Ramadhan .

Aku seringkali mendengar lagu Hijjaz yang bertajuk Rintihan Hamba. Antara petikan liriknya yang membuatkanku tertarik ialah:

Ampunan-Mu tuhan,
Lebih besar dari kesalahan insan,
Hamba yakin pada keampunan-Mu tuhan,

Bukan tidak redha,
Dengan ujian cuma hendak mengadu pada-Mu,
Tempat hamba kembali nanti di sana

Begitu agungnya keampunan Allah untuk hamba-hamba-Nya. Meskipun dosa-dosa hambanya sebanyak buih-buih di lautan, selagi nyawanya belum mencengkam di pangkal halkum, selagi itu keampunan Allah tetap terbuka untuknya.

Malah di bulan Ramadhan, Allah sediakan dua siri malam-malam yang khas untuk taubat hambanya. Malam keampunan dan diikuti dengan malam pelepasan dari api neraka. Memang ada manusia yang sukar memaafkan kesalahan orang lain dan itu memang hakikatnya kejadian manusia. Sesungguhnya keampunan dari dosa-dosa lepas itu sememangnya diiringi dengan pelepasan dari lontaran ke dalam api neraka.

Memaafkan kesalahan sahabat-sahabat kita memang hak kita sepenuhnya. Sehinggakan Allah tidak akan mengampunkan dosanya kepada kita jika kita belum memaafkan dosanya. Tapi, alangkah indahnya dunia ini jika kita penuh dengan perasaan kasih sayang dan saling maf-memaafkan. Adakah kita cukup suka mendengar hura-hara di sana sini, perang di antara benua, dendam antara kelompok manusia?

I write this credits in English so the slideshow pictures owners will understand this post. I would like to say a lot of appreciation to them as they produced this picture thus make it all the way to my blog here (by myself). The list of URLs below are the owner of the pictures and it is my responsibilities to reserve their copyrights.

  1. Islamic Leaf - Wallpaperdisk.com
  2. Tasbih and Al-Quran - Hikmatun
  3. Women and Children - Washington Examiner
  4. Juma'at Prayer - Blog Budak Kuat Perasan
  5. Old Man's Tasbih - Deviantart
  6. Islamic Digital Design - Deviantart
I also want to note here that the original blog template that I edited here comes from BTemplate.com. It takes a lot of time to customizing the elements in it's HTML script. The slideshow pictures also can be viewed and controlled by using keyboard arrows.

I am sorry to all the readers that I disabled right click function to protect the pictures ownership and copyrights.


Please feel free to explore my new style blog. Additional feature will be added soon if there are any idea comes to raid my head off the normal thinking. Thank you.

Regards,
Shahwalrezal

Maaf jika tema blog ini tidak mencerminkan isi blog aku. Aku sedang berusaha untuk buat blog yang lebih kreatif. Sampai masa ia siap, ia akan mengalami beberapa perubahan dan kalau berpuas hati, insya-Allah aku akan teruskan dengan tema yang baru.

Kalau dari aspek isi hadis tersebut, isinya memang masuk akal. Hakikatnya orang yang tidur ketika berpuasa sedang beribadah, iaitu ibadah puasa tapi ada elemen kontranya. Petikan hadis itu berbunyi seperti ini:


صَمْتُ الصًّائِمِ تَسْبِيْحٌ وَ نَوْمُهُ عِبَادَةٌ

"Diamnya orang puasa adalah tasbih dan tidurnya adalah ibadah"
(HR Abu Muhammad bin Sho'id)

Ilusi yang kita lihat adakalanya datang dari apa yang kita lihat. Tapi dalam menafsirkan ilusi itu, ada yang tafsirannya datang dari syaitan dan ada tafsirannya datang dari iman. Sebenarnya, makhluk Allah yang bergelar manusia ini mampu mengawal apa yang difikirkannya. Tidak seperti seekor kera yang tidak mampu memikirkan bunga itu adalah cantik. Tidak seperti seekor ayam yang tidak mampu memikirkan kanak-kanak kampung yang datang kepadanya sebenarnya hanya ingin bermain.

Bagi orang-orang kebanyakan, suatu makanan yang kotor tidak akan dipandang. Bagi sang pengemis, memperolehi secebis ayam goreng yang telah dimamah dari tong sampah merupakan satu rahmat. Bagi orang-orang kebanyakan, butiran nasi yang tidak habis akan dibuang tanpa rasa rugi. Bagi sang pengemis, menjamah sekepal nasi begitu nikmat sehingga enggan berkumur-kumur membasuh mulut. Khuatir rasa nasi itu akan hilang dari lidahnya.